Kebenaran Sejarah

Daftar Isi

Ketika seorang muslim hendak mempelajari Islam pastilah dia tidak terlepas akan pentingnya mengetahui sejarah Islam itu sendiri, sebab sejarah Islam-lah yang mengubah kehidupan manusia dari tidak mengenal arti kehidupan hingga dia mengetahui untuk apa dia hidup.

Buku-buku sejarah yang ditulis oleh Barat tidak sedikit merujuk kepada sejarah Islam. Islam pada abad pertengahan memiliki ikatan yang sangat kuat dengan negara-negara yang ada di dunia, karena kekuasaan Islam di zaman itu sangatlah kuat dan besar, serta memiliki pasukan yang sangat kuat sehingga ditakuti oleh musuh-musuh Islam.

Namun banyak dari umat Islam tidak begitu tahu, apalagi paham tentang sejarah Islam. Mereka hidup dalam rutinitas yang "biasa", tanpa ada pikiran untuk memperjuangkan Islam, padahal kondisi umat Islam hari ini tengah terpuruk dan direndahkan. Hanya dengan membaca buku-buku sejarah Islam maka kita akan dapat membuka mata kita dan mengetahui kebenaran yang ada pada zaman dahulu.

Dengan membaca buku sejarah kita dapat mengetahui bagaimana Nabi dan para sahabatnya mendakwahkan Islam, bagaimana pembebasan-pembebasan yang dilakukan misal pada masa Dinasti Umawiyah, kita juga mengetahui bagaimana majunya bidang-bidang Ilmu Pengetahuan pada masa Dinas Abbasiyah, juga mengetahui dinasti terakhir Islam yaitu Usmaniyah yang mengislamkan sebagian Eropa dan bahkan andil dalam perjuangan membantu kerajaan Islam Indonesia mengusir para penjajah di tanah airnya.

Maka Sejarah sebagai salah satu cabang Ilmu Sosial perlu mendapatkan perhatian serius dari para amir (pemimipin), ulama, santri, cendekiawan serta umat Islam Indonesia dan dunia, mengenai karya sejarah Islam Indonesia dan Dunia Islam umumnya, yang beredar di sekitar kita. Namun isinya sangat bertentangan dengan apa yang diperjuangkan. Apalagi dengan upaya deislamisasi Sejarah Indonesia, peran ulama dan santri serta umat Islam ditiadakan. Atau tetap ada tetapi dimaknai dengan pengertian yang lain.

Islam masuk ke Indonesia semestinya terjadi pada abad ke-7 M, ternyata dituliskan sangat jauh berbeda waktunya, dimundurkan hingga ke abad 13 M. Tidak hanya masalah waktu, tetapi dituliskan oleh Orientalis, bahwa kehadiran Islam di tengah bangsa Indonesia dinilai mendatangkan perpecahan. Karena Islam dinilai menimbulkan banyak kekuasaan politik Islam (kesultanan) yang tersebar di seluruh Nusantara sehingga imperialisme Barat menemui kesukaran untuk mengusai Nusantara Indonesia.

Sebaliknya, walaupun politik Kerajaan Hindu dan Budha, tidak terdapat di seluruh pulau Nusantara Indonesia, tetapi ditafsirkan bangsa Indonesia saat itu mengalami zaman kejayaan dan keemasan. Interpretasi Orientalis dan imperialis Barat, selalu memuji Karajaan Hindu Budha dan mendiskritkan Islam.

Jika dalam sejarah, setiap gerakan perlawanan terhadap imperialisme, disebut sebagai gerakan nasionalisme. Sementara dalam sejarah, ulama dan santri di Indonesia sebagai pelopor perlawanan terhadap imperialisme, yang seharusnya ditulis sebagai pembangkit kesadaran nasional di Indonesia, ternyata tidak ditulis. Padahal, ulama dan santri menurut zamannya adalah kelompok cendekiawan muslim yang memperjuangkan kemerdekaan. Dan masih banyak hal lain yang tidak ditulis dengan kenyataanya. Buku sejarah, yang di tulis ilmuwan muslim sesungguhnya itu adalah perbendaraan yang sangat berharga.

Dalam perkataan syair, milik Allah-lah mutiara ucapan itu:

Siapa tidak membangkitkan sejarah dalam dadanya maka ia tidak akan tahu manis dan pahitnya kehidupan.
Siapa yang membangkitkan sejarah para pendahulu maka ia akan menyadarkan sejarah-sejarah terdahulu pada umurnya.

Jika di dalam Al Qur'an dan Sunnah para ulama Ahlusunnah telah menyeleksi kisah takwilnya dari pentakwilan orang jahil. Dengan metode penulisan sejarah dengan mengambil riwayat yang shahih berusaha menyeleksi kisah isroiliyat (kisah-kisah yang berasal dari Bani Israil-ed).

Hal lain adalah sejarah yang perlu dipahami seorang muslim tentang awal permulaan penciptaan makhluk di bumi. Seperti penciptakan 'arsy, kursi, qolam, seluruh langit, bumi dll, berdasarkan dalil yang shahih.

Wallahu A'lam.

Penulis:
Ustadz Syam Abu Zaidan
حَفِظَهُ اللهُ

Posting Komentar