Seorang Pemuda yang Memuliakan Janda

Daftar Isi

Dalam ajaran Islam banyak sekali perintah yang sifatnya akhlak sosial, yaitu memberi beragam kebermanfaatan untuk orang selain kita, baik itu sedikit atau banyak orang, tentunya semakin banyak yang kita beri manfaat maka pahala yang dijanjikan pun semakin banyak. Salah satu dari hal yang bersifat akhlak sosial tersebut adalah memuliakan janda. Selain Islam mendorong ummatnya untuk menikahi seorang janda, begitu juga diperintahkan untuk membantu dalam memenuhi hajat atau kebutuhannya.

Ada sebuah kisah yang cukup fenomenal beberapa tahun lalu yang banyak diungkapkan oleh para da’i di Arab Saudi, salah satunya oleh Syeikh Abrurrahman As-Sudais seorang khatib dan imam di Masjidil Haram. Singkatnya beliau mengisahkan ada seorang da’i dari negeri Maroko, Afrika Utara yang bermimpi ditemui oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam mimpinya beliau menyampaikan

"Sesungguhnya ada seseorang yang tinggal di Makkah bernama Fulan bin Fulan bin Fulan. Sampaikan berita gembira ini kepadanya bahwa dia termasuk ahli surga."

Lantas ketika terbangun dia begitu kaget, anehnya mimpi yang serupa ini berulang di malam yang kedua dan ketiga. Sehingga dia berniat mengumpulkan uang untuk bekal dia bisa pergi ke Tanah Suci, sampai suatu hari setelah melaksanakan umroh dia menghubungi beberapa orang shaleh dari da’i-da’i yang dia kenal dan menemuinya. Setelah menceritakan perihal mimpinya diantarkanlah da’i tersebut ke suatu tempat yang diduga tempat orang shalih yang dimaksud oleh Rasullah di dalam mimpinya.

Mereka terus mencari dan mencari sampai masuklah di suatu tempat yang agak kuno, ketika mereka bertanya tentang keberadaan “Fulan bin Fulan bin Fulan” beberapa orang di tempat tersebut menyampaikan kalau orang yang dimaksud tidaklah pantas (dianggap orang yang rusak) untuk bertemu dengan mereka, melihat dari penampilan mereka yang tampak seperti orang-orang shalih.

Akhirnya, keluarlah seorang pemuda yang dimaksud Fulan tersebut menemui mereka, sontak mereka merasakan keanehan. Dalam bayangan mereka, orang yang akan mereka temui adalah sosok yang terlihat ahli ibadah, berjenggot tebal, dan mempunyai wajah yang berseri-seri. Namun pemuda tersebut juga merasa takut ketika melihat penampilan mereka. Setelah da’i yang dari Maroko tersebut mendekatinya dan memastikan;

“Apakah kamu Fulan bin Fulan bin Fulan?”,

“Ya, benar saya orangnya, ada apa kalian” kata pemuda.

Lalu sang da’i menjelaskan tentang mimpinya yang dia alami selama tiga malam berturut-turut dan pemuda itu pun sempat ragu dan menyuruhnya untuk memastikan lagi barangkali yang dimaksud bukanlah dia.

“Demi Allah, saya menyampaikan apa adanya seperti yang saya mimpikan, sebenarnya amalan apa yang telah kamu lakukan sampai seorang Rasulullah menyebutmu ahli Surga?” tanya seorang da’i.

Pemuda itu juga tidak tahu, dia menjawab bahkan tidak ada amalan khusus atau spesial yang dia lakukan selama ini. Setelah didesak untuk mengingat-ingat kembali amalan apa yang pernah ia kerjakan, pada akhirnya dia hanya mengingat satu hal.

“Saya mempunyai seorang tetangga meninggal beberapa waktu lalu, dia meninggalkan seorang istri yang menjanda dan beberapa anak yatim, semenjak saat itu saya bersumpah dengan nama Allah saya akan membagi gaji saya separuh untuk keluarga saya dan separuhnya untuk membantu mereka, dan itu saya lakukan sampai hari ini”.

Terjawablah sudah apa yang mereka pertanyakan selama ini. Selanjutnya setelah pemuda tersebut membersihkan diri dan memakai pakaian yang bersih, diajaklah bersama mereka untuk pergi ke Masjidil Haram, tak hentinya mata pemuda tersebut berlinang air mata hingga dikumandangkan iqamah untuk shalat, sampai ketika satu raka’at, dua raka’at, tiga raka’at berlalu dan di raka’at terakhir pemuda tersebut tidak bangkit dari sujudnya, subhanallah.

Dalam kisah ini kita mengambil faedah bahwa seorang hamba yang mendermakan hartanya terhadap janda sangatlah agung di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam hadits dari Abu Huroiroh, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda yang diwayatkan oleh Imam Bukhori:

السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» وَأَحْسِبُهُ قَالَ - يَشُكُّ القَعْنَبِيُّ -: «كَالقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ

“Orang yang membantu dan menyantuni para janda dan orang-orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah”, (salah seorang perawi yaitu al-Qa’nabi agak ragu dan menduga beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menambah dalam sabdanya) “Dan seperti orang yang salat malam tidak pernah istirahat dan juga seperti orang puasa tidak berbuka”. [HR. Bukhari: 6007]

Islam sangat memotivasi manusia untuk senantiasa peduli dan membantu kaum dhuafa’. Armalah dalam hadits ini bermakna wanita yang tidak memiliki suami, baik ditinggal pergi oleh suaminya (janda) maupun wanita yang tidak pernah menikah sebelumnya, baik dia miskin maupun berkecukupan. Namun demikian, sebagian ulama seperti Abu Manṣūr al-Azhari dan Ibnu Qutaibah mengkhususkan istilah untuk janda yang miskin, adapun jika janda tersebut kaya maka tidak dikatakan armalah, wallāhu a’lam.



Sumber:

  • islam web. 2019,1 Oktober. داعية مغربي يرى في المنام رسول الله يقول له أذهب فأبلغ فلان أنه من أهل الجنة [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=EFrzOOB06Lg
  • https://markazsunnah.com/keutamaan-menyantuni-kaum-duafa/?print=print

Penulis:
Ustadz Muhamad Didik Khoirul Huda, S.E
حَفِظَهُ اللهُ

Posting Komentar