Tafsir Singkat Surat Al-Kafirun
Surat ini dinamakan juga surat Al-Ikhlas, karena surat ini mengandung anjuran untuk ikhlas beribadah kepada Allah; tidak ternodai dengan kesyirikan Adapun dalam surat Al-Ikhlas (قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ) mengandung pujian terhadap Allah subhanahu wa ta’ala dengan sifatnya yang sempurna.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terbiasa membaca dua surat ini dalam sholat-sholat sunnah beliau, diantaranya: Sholat dua raka’at sebelum subuh, dua rakaat setelah magrib, dan dua rakaat setelah thowaf. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِــ(قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ(قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Artinya: “Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al-Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlash).” (HR Tirmidzi, no. 431)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia mengatakan,
كَانَ يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَ(قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)
Artinya: “(Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) biasa membaca di shalat dua raka’at thowaf yaitu surat Qul Huwallahu Ahad (Al-Ikhlas) dan surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al-Kaafirun).” (HR. Muslim, no. 1218)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa tatkala kaum kafir Quraisy sudah putus asa dalam menghentikan dakwah Nabi, mereka mengajak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka pun akan menyembah sembahannya selama satu tahun. Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan surat ini dan memerintahkan kepada Rasul-Nya dalam surat ini agar berlepas diri dari agama mereka secara keseluruhan. Allah ta’ala berfirman:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١)
Artinya: “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir”
Mencakup seluruh orang kafir, entah itu orang musrik, orang Yahudi, Nasrani, atau penyembah berhala.
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥)
Artinya: “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.”
Ibnu kastir mengatakan bahwa lafazh ma di sini bermakna man (siapa). Sehingga bermakan aku tidak menyembah siapa yang kamu sembah dan kamu tidak sembah siapa yang aku sembah. Dan ayat yang berulang tersebut dengan makna yang hampir sama, para ulama berbeda pendapat mengenai maksud pengulangan tersebut.
Pendapat pertama: Taukid (Penegasan)
Maksud dari ayat tersebut adalah penegasan makna, namun pendapat ini adalah pendapat yang kurang kuat karena bentuk pelafazhannya yang berbeda.
Pendapat Kedua: Keadaan Sekarang dan Masa Depan
Beberapa ulama mengatakan bahwa maksud dari firman Allah ta’ala,
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣)
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.” Ini untuk masa sekarang dan masa lampu. Artinya Ketika Nabi mengatakan ini, Nabi tidak pernah menyembah sesembahan mereka di masa lampau dan sekarang.
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥)
“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.” Ini untuk masa depan. Artinya Nabi tidak akan menyembah sesembahan mereka sampai kapanpun.
Dan inilah pendapat yang dipilih Imam Bukhori dan banyak ahli tafsir lainnya.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦)
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Ayat ini menjadi dalil penegasan bahwa tidak akan pernah bersatu antara syirik dengan tauhid, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam membantah dengan tegas ajakan orang-orang kafir Quraisy dan ini juga anjuran bagi umat islam sekarang janganlah kita terlalu bermudah-mudahan dalam bertoleransi, karena bisa jadi toleransi yang kebablasan justru malah membawa kita dalam kekufuran. Misalnya ikut dan mengucapkan perayaan natal dan tahun baru, yang mana merupakan perayaan orang-orang Nasrani dan ini merupakan perbuatan yang haram; karena menunjukkan keridhoan terhadap agama mereka.
Sumber:
- Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, Ibnu Katsir
- Tafsir Al-Fatihah dan Juz ‘Amma, Syeikh Ustaimin
Penulis:
Ustadz Mahfudz Abu Usaid, S.H.
حَفِظَهُ اللهُ
Posting Komentar